Bismillahirrahmanirrahim
“Hai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Cantik.
Satu kata yang pernah membuat saya terjebak dalam kubangan ‘insecure’. Dari kecil, saya selalu berada dalam lingkungan dimana orang-orang melihat kecantikan paras menjadi hal yang sangat penting dalam menilai seorang wanita. Sejak Sekolah Dasar, saya selalu dikelilingi oleh orang-orang yang berparas cantik, hal itu terus berlanjut hingga saya menduduki bangku Sekolah Menengah Atas. Satu hal yang saya lihat, bahwa orang berparas cantik memiliki kedudukan istimewa bagi kebanyakan orang, terutama untuk kaum laki-laki. Saya sempat berpikir, bahwa kalimat “Don’t judge a book by its cover” hanya sebuah kalimat penenang untuk mereka yang tidak beruntung dalam hal ‘paras’.
Saya sangat tidak percaya diri ketika harus bersanding dengan perempuan cantik ketika ingin tampil berprestasi. Entah mengapa, saya selalu merasa bahwa perempuan cantik itu tidak perlu melakukan kerja keras untuk disukai lingkungan. Sementara saya, butuh sebuah kerja keras untuk disukai lingkungan. Dan ini yang selalu membuat saya tidak pernah percaya pada diri saya sendiri bahkan sampai kepada titik dimana saya tidak mencintai diri saya. Sepengaruh itu kecantikan paras untuk saya. Belasan tahun saya selalu melihat ada ‘ketidakadilan’ perilaku lingkungan kepada perempuan dalam hal paras. Inilah yang membuat saya merasa bahwa perempuan cantik itu banyak menimbulkan luka bagi perempuan yang tidak memiliki paras seberuntung mereka.
Hingga saya mencoba untuk mencari jalan yang dapat mengubah pikiran saya tentang cantiknya perempuan. Selama ini saya selalu terkekang dengan lingkungan yang menjadikan kecantikan paras adalah segalanya. Saya tidak pernah melihat lingkungan lain dimana mereka sangat menilai kecantikan itu dari dalam diri seorang perempuan. Bahwa cantiknya perempuan itu terpancar dari hatinya yang bersih. Cantiknya perempuan itu berasal dari apa adanya perempuan. Cantiknya perempuan itu ketika dia tertutup dan tak mudah untuk dipandang banyak mata.
Satu kata yang pernah membuat saya terjebak dalam kubangan ‘insecure’. Dari kecil, saya selalu berada dalam lingkungan dimana orang-orang melihat kecantikan paras menjadi hal yang sangat penting dalam menilai seorang wanita. Sejak Sekolah Dasar, saya selalu dikelilingi oleh orang-orang yang berparas cantik, hal itu terus berlanjut hingga saya menduduki bangku Sekolah Menengah Atas. Satu hal yang saya lihat, bahwa orang berparas cantik memiliki kedudukan istimewa bagi kebanyakan orang, terutama untuk kaum laki-laki. Saya sempat berpikir, bahwa kalimat “Don’t judge a book by its cover” hanya sebuah kalimat penenang untuk mereka yang tidak beruntung dalam hal ‘paras’.
Saya sangat tidak percaya diri ketika harus bersanding dengan perempuan cantik ketika ingin tampil berprestasi. Entah mengapa, saya selalu merasa bahwa perempuan cantik itu tidak perlu melakukan kerja keras untuk disukai lingkungan. Sementara saya, butuh sebuah kerja keras untuk disukai lingkungan. Dan ini yang selalu membuat saya tidak pernah percaya pada diri saya sendiri bahkan sampai kepada titik dimana saya tidak mencintai diri saya. Sepengaruh itu kecantikan paras untuk saya. Belasan tahun saya selalu melihat ada ‘ketidakadilan’ perilaku lingkungan kepada perempuan dalam hal paras. Inilah yang membuat saya merasa bahwa perempuan cantik itu banyak menimbulkan luka bagi perempuan yang tidak memiliki paras seberuntung mereka.
Hingga saya mencoba untuk mencari jalan yang dapat mengubah pikiran saya tentang cantiknya perempuan. Selama ini saya selalu terkekang dengan lingkungan yang menjadikan kecantikan paras adalah segalanya. Saya tidak pernah melihat lingkungan lain dimana mereka sangat menilai kecantikan itu dari dalam diri seorang perempuan. Bahwa cantiknya perempuan itu terpancar dari hatinya yang bersih. Cantiknya perempuan itu berasal dari apa adanya perempuan. Cantiknya perempuan itu ketika dia tertutup dan tak mudah untuk dipandang banyak mata.
Saya mulai berada di lingkungan dimana memandang cantik itu tidak terkukung hanya pada ‘paras’ tapi pada ‘jati diri dan hati’. Bunda Aisyah dipandang cantik bukan karena parasnya, karena parasnya pun tertutup hijab dan tak sembarang mata melihatnya. Bunda Aisyah cantik karena keluasan ilmu dan kesucian hati yang dimilikinya dalam menjaga kodrat sebagai perempuan. Begitulah kalimat yang membuat perubahan dalam pikiran saya, bahwa cantiknya perempuan itu bukan sekedar lingkungan memperhatikanmu dan tertarik dengan parasmu yang elok, tapi cantiknya perempuan itu karena lingkungan menjaga dan menghargaimu karena kecantikan yang terpancar dari hatimu yang bersih. Inilah yang membuat saya lebih menghargai diri saya dan menghargai apa yang diberikan Allah.
Teruntuk para muslimahku,
Kamu
cantik kok! Kamu cantik karena tabir hijab yang menutupimu sehingga kau tidak
mudah untuk dilihat. Kamu cantik karena kamu tidak ingin lingkungan melihatmu.
Kamu cantik karena luasnya ilmu yang kamu miliki. Kamu cantik karena hatimu
yang terjaga.
Jadilah cantik karena kebersihan hatimu. Jangan
insecure sepertiku, ya :)
Tetap
jaga diri karena kalian benar-benar cantik jika terjaga.
Wallahu'alam bishawwab.
Sumber dalil: https://muslim.or.id/9166-islam-menjaga-dan-memuliakan-wanita.html
Sumber dalil: https://muslim.or.id/9166-islam-menjaga-dan-memuliakan-wanita.html
Komentar
Posting Komentar