Langsung ke konten utama

Heraklius

Perjalanan menuju Baitul Maqdis,

629 Mesehi, Tahun 7 Hijriah. Kekaisaran Romawi berhasil menundukkan Singgasana Persia.

Perjanjian damai pun dicetuskan dengan konsekuensi, Persia mengembalikan seluruh daerah kekuasaan Kaisar Romawi dan mengembalikan kayu salib yang diklaim orang Nasrani bahwa Nabi Isa disalib di atasnya.

Heraklius, Sang Raja, sebelumnya bernazar kepada Tuhan bahwa ia akan pergi haji ke Baitul Maqdis jika diberi kemenangan. Heraklius pun menepati janjinya. Dia berjalan dari Hamsh dengan membawa kayu salib agar diletakkan ditempatnya.

Saat diperjalanan, Heraklius sudah mendengar desas desus perihal kenabian Rasulullah.

Abu Sufyan dan kafilahnya, yang kali itu tengah sedang melakukan perdagangan ke negeri Syam berpapasan dengan Heraklius. Heraklius yang mengetahui bahwa mereka datang dari jazirah Arab -daerah yang ia dengar  soal kedatangan Nabi-  meminta Abu Sufyan dan kafilahnya untuk menghadapnya.

"Siapa diantara kalian yang paling dekat nasabnya dengan orang yang mengaku nabi itu?", tanya Heraklius kepada Kafilah Abu Sufyan.

"Aku yang paling dekat nasabnya diantara mereka", jawab Abu Sufyan.

Heraklius pun akhirnya hanya memanggik Abu Sufyan untuk diajaknya berbincang perihal Kenabian Rasulullah. Ditemani juru bahasa dan pembesar Romawi lainnya.

"Aku akan menanyakan perihal Nabi itu. Jika kau membohongiku, maka kaum mu pun akan mendustakanmu."

Abu Sufyan yang saat itu belum masuk islam tidak dapat mendapat cela sedikit pun untuk berbohong dan menghina Rasulullah karena takut akan kedudukan Heraklius yang akan berdampak untuknya.

"Pertanyaanku yang pertama, bagaimana nasab keturunannya menurut kaum mu?", tanya Heraklius.

"Dia memiliki nasab yang baik."

"Apakah diantara kakeknya ada yang menjadi raja?"

"Tidak ada."

"Apakah pengikutnya pemuka masyarakat atau orang lemah?"

"Orang lemah."

"Mereka semakin bertambah atau berkurang?"

"Semakin bertambah."

Heraklius terus melanjutkan pertanyannya kepada Abu Sufyan. "Apakah salah satu diantara mereka ada yang murtad dan benci kepada agamanya setelah memeluk agamanya?"

"Tidak ada", jawab Abu Sufyan.

"Pernahkah kalian mendengarnya berbohong sebelum ia mengaku nabi?"

"Tidak pernah."

"Pernahkah ia berkhianat?"

Abu Sufyan  sama sekali tak memiliki celah untuk menghina Rasulullah, kecuali satu pertanyaan ini yang dimanfaatkannya untuk memberi sedikit celah agar Rasulullah tampak jelek dihadapan Heraklius. "Belum pernah, setidaknya untuk saat ini, kami tidak tahu apa yang akan ia perbuat selanjutnya."

Hal ini ia katakan berkaitan dengan Perjanjian Hudaibiyah yang baru saja ia buat bersama Rasulullah beberapa hari lalu. Hanya inilah celah Abu Sufyan untuk menrendahkan Rasulullah.

"Apakah kalian memeranginya? Bagaimana hasilnya?"

"Iya. Satu kali kali mereka menang (Perang Badr) dan satu kali kami menang (Perang Uhud)."

"Apa yang diperintahkannya kepada kalian?"

"Sembahlah Allah, jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan apapun, tinggalkan apa yang dikatakan leluhur kalian. Ia juga memerintahkan untuk shalat, berkata jujur, menjaga kehormatan dan menyambung tali silaturahmi."

Setelah mendengar semua jawaban Abu Sufyan, Heraklius berkata, "Demi Allah, aku bertanya perihal nasabnya, lalu kau sebutkan bahwa ia punya nasab yang baik begitulah para rasul diutus dari keluarga yang nasabnya baik."

"Demi Allah, aku bertanya apakah kakeknya ada yang menjadi raja, lalu kau jawab tidak ada. Jika ada kakenya yang menjadi rja, niscaya dia hanya ingin mengembalikan kekuasan kakenya itu."

"Demi Allah, aku bertanya perihak pengikutnya, lalu kau jawab dari orang lemah. Meka begitulah para pengikut Nabi, dari kalangan orang lemah."

"Demi Allah, aku bertanya adakah diantara pengikutnya yang murtad, lalu kau katakan tidak ada, sesungguhnya itulah iman ketika sudah masuk ke hati. Lalu aku bertanya apakah ia pernah berbohong, lalu kau jawab tidak pernah, maka begitulah akhlak para Nabi."

Heraklius masih melanjutkan, "Aku bertanya tentang apa yang ia perintahkan, maka kau jawab dia memerintahkan untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, memerintahkan shalat, menjaga kehormatan dan menyambung tali silaturahmi. Demi Allah jika yang kau katakan semuanya itu benar maka ia akan memiliki tempat di kedua kaki ku berdiri ini. Aku tahu bahwa ia akan diutus, seperti yang diberitahukan dalam Injil. Tapi aku tidak tahu kalau dia akan datang dari kalangan kalian, jika aku bertemu dengannya, pasti akan ku cuci kedua kakinya."

Setelah Heraklius mendengar semua jawaban dari Abu Sufyan ia semakin yakin akan kenabian Rasulullah. Heraklius pun menyuruh Abu Sufyan untuk keluar dari tempat pertemuan mereka. Ketika Abu Sufyan keluar, datangan Dihyal Kalbi -delegasi Rasulullah- yang ditugasi untuk memberikan surat beliau kepada Heraklius.

Datangnya Dihyal Kalbi membawa surat Nabi membuat Heraklius bahagia, dia pun membacanya dan menyatakan dirinya masuk Islam. Namun, saat itu juga saat ia berbincang dengan para pendeta, ia menjadi murtad. Hal ini karena rasa takutnya kehilangan kerajaan lebih besar dibanding imannya.

Wallahu'alam bisshawab.

Komentar

  1. Naudzubillah, cinta memang membutakan...
    Btw mantep kak <3 ditunggu ya kak tulisan selanjutnya kakk :v

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Kimia Menentukan Perubahan Entalpi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI REAKSI   OLEH             KELOMPOK                                    : II ANGGOTA                                       : 1.       ADI YULIANTTO                                                    2155905 2.       ARIZKY PERWIRA RANGKUTI                          2155908 3.       FADHILLAH NUR PRATIWI                                 2155915 4.       FAISAL ALFANSURI S                                          2155916 5.       FUADIANTI AULIA                                                2155919 KELAS                                              : XI IPA 6 TANGGAL PRAKTIKUM             : 15 September 2016 GURU PEMBIMBING                   : Darmayanto S.Pd., M.Si SMAN 1 (PLUS) MATAULI PANDAN T.P 2016-2017 1.1 JUDUL PRAKTIKUM             Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi 1.2 TUJUAN PRAKTIKUM             1) Dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi ant

Gugurnya Sang Panji Uhud

Bismillah Matahari bersinar terlalu terik kala itu. Seperti biasa. Mekah memang seperti itu. Seorang pemuda tampan berjalan menyusuri Kota Mekah. Seantero Mekah juga tahu siapa pemuda yang tengah berjalan itu, ditambah lagi dengan ciri khas aroma parfum yang digunakannya. Parfum dari negeri Yaman, parfum mewah dan mahal yang tidak sembarangan orang memakainya. Dia pemuda yang banyak gadis memujanya, bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena kecerdasan dan kecemerlangannya. Pemuda yang terlahir dari keluarga kaya dan penuh kemewahan. Tak pernah satupun keinginannya di tolak oleh kedua orang tuanya. Dia adalah Ibnu Umair, atau dikenal dengan lengkap sebagai Mush’ab bin Umair. Langkah kakinya terus menyusuri Kota Mekah hingga ia tiba di Bukit Shafa, di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Darul Arqam, begitulah kaum muslimin mengatakannya. Ia kesini bukan tanpa tujuan. Hari-harinya selalu diliputi tanda tanya mengenai sosok Muhammad yang selalu saja diperbincangkan oleh orang-orang

Lelah atau Menyerah

"Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan." - Imam Syafi'i - "Ada apa hari ini?", tanyanya disela rasa lelah yang saat ini menyelimutiku. Aku tidak memiliki tenaga hari ini. Cukup. Aku malas menjawabnya. Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja.  "Hei!" "Aku lelah, ku mohon. Aku malas untuk berbicara." "Kau sedang lelah atau menyerah?" "Sama saja." "Tentu berbeda. Jika kau lelah silahkan istirahat sejenak untuk kembali menata hati dan kembali melangkah. Tapi jika kau menyerah, harus apa? Bukankah menyerah adalah akhir segalanya?" "Aku menyerah karena sudah sangat lelah dengan semuanya." "Apa yang kau lelahkan hingga membuatmu menyerah?" "Perjuangan ini." "Perjuangan semacam apa yang membuatmu begitu cepat menyerah? Perjuangan meraih ambisi dunia? Jika iya, pantas saja kau mudah menyerah." Mendengar jawabannya aku menegak