Laksana singa di gurun pasir, pribadi yang cekatan dan kuat menggambarkan sosok yang begitu dikenang dalam sejarah Islam. Seorang pelindung dan tameng bagi Baginda Rasulullah dari serangan yang bertubi-tubi para pemuka Quraisy. Dia adalah pembela terdepan sang nabi Allah ketika disakiti. Seorang pemburu kelas kakap di Jazirah, membuat sosoknya begitu disegani dan ditakuti para penduduk jazirah. Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, paman sekaligus saudara sepersusuan Rasulullah.
Dakwah Rasulullah yang kala itu memorak-porandakan hati dan pikiran para pemuka Quraisy, membuat beliau selalu di intai siksaan sampai kematian. Dakwahnya yang menyuruh menyembah Allah Yang Esa sangat dibenci oleh penduduk Quraisy yang hatinya sudah terpaut dengan tradisi nenek moyang. Segala macam cara pun dilucuti oleh para pemukanya untuk menghentikan dakwah Rasulullah yang semakin lama membuat hati mereka resah. Namun tidak dengan sesosok pemburu kelas kakap seperti Hamzah, dianugerahi watak yang cerdas sekaligus tegas tak lantas membuat dirinya ikut untuk membenci agama yang dibawah keponakamnya itu. Ia bukan pencela agama Allah dan tak pula mengimani agama Allah.
Rasa sayang dan cintanya kepada Rasulullah yang membuat ia selalu tergerak untuk menolong dakwah Nabi Allah itu, namun rasa sayangnya itu belum membuka hatinya untuk mengikuti agama Allah yang indah.
Keganjalan hati Hamzah mulai tampak ketika para pemuka Quraisy terus terusan menyakiti para kaum muslimin, namun kesabaran dan keteguhan hati tetap tertoreh di hati mereka. Hatinya mulai gelisah dan bimbang. Ia sangat memahami kepribadian sang keponakan, tak sedikitpun ada cela keburukan dalam dirinya. Dan dia juga meyakini bahwa yang dibawa oleh keponakannya juga pasti sesuatu yang baik. Namun, ajaran nenek moyang masih terasa menghiasi hatinya. Hal inilah yang membuat hatinya masih tertutup dengan sinar ilahi.
Desas desus tentang agama Allah pun terus bertebaran di jazirah, hinaan terus berkumandang kepada mereka yang mengimani, bahkan bagi mereka yang lemah siksaan sudah menjadi makanan sehari-hari. Keteguhan hati Rasulullah terhadap dakwahnya yang ditolak membuat Hamzah kagum kepada keponakannya itu. Hingga datang pagi yang menjanjikan itu.
Saat Rasulullah tengah thawaf di Ka'bah.
Abu Jahal, Fir'aunnya suku Quraisy, seperti biasa selalu mempunyai niat untuk menyakiti Rasulullah. Di tengah thawaf Rasulullah, Abu Jahal melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan hati Rasulullah melebihi sakitnya fisik. Abu Jahal pun terus berkoar tanpa henti untuk terus menghina Rasulullah. Rasulullah tak bisa berbuat banyak, beliau hanya bersabar dan terus bersabar. Hingga datang seorang budak wanita Abdullah bin Jad'an ditengah kejadian yang keji itu.
"Sungguh celaka kau Abu Jahal!", teriak budak tersebut.
"Diamlah kau maula Abdullah ibn Jad'an!"
Tidak banyak berpikir, ketika ucapannya tak dihiraukan. Budak tersebut berlari ke pintu gerbang Mekkah mencari seseorang yang bisa melindungi Rasulullah. Atas izin Allah, Hamzah datang dengan singa hasil perburuannya ditangan kanan, dan busur panah di tangan kirinya. Budak tersebut pun menghampiri Hamzah yang baru saja tiba dari aktivitas memburu.
"Wahai Abu Umarah, andai engkau melihat apa yang baru saja dialami oleh keponakanmu, Muhammad. Sungguh Abu al-Hakam telah menyakiti dan mengumpat Muhammad dengan kalimat yang tidak menyenangkan." Budak itu pun menceritakan lebih jauh tentang perbuatan Abu Jahal terhadapa Rasulullah.
Hamzah yang mendengar langsung mengeras rahangnya, dengan langkah cepat dan pasti, Hamzah berjalan menuju Ka'bah tempat Abu Jahal menyakiti Rasulullah.
Saat tiba di Ka'bah dia melihat Abu Jahal yang dikelilingi sejumlah tokoh Quraisy. Tanpa memikirkan apapun lagi, langkahnya sudah menerjang ke arah Abu Jahal, Hamzah hantamkan busur panahnya ke arah kepala Abu Jahal hingga dia tersungkur ke tanah dengan darah yang mengucur.
"Beraninya kau mengumpat Muhammad sementara aku telah mengikuti agamanya dan membenarkan apa yang dia katakan! Sekarang kau hadapilah aku!"
Tuturan kalimat Hamzah barusan membuat mereka yang berkumpul terdiam kaget. Perkataan yang menyambar hati mereka. "Hamzah sudah berada di jalan Muhammad", pikir mereka serentak. Dan ini tamparan keras untuk mereka semua.
Setelah tersadar dari pikiran mereka, beberapa dari mereka ada yang ingin membalas perlakuan Hamzah kepada Abu Jahal, namun Abu Jahal mencegah mereka.
"Jangan! Aku lah memang yang salah", titah Abu Jahal.
Hamzah pun yang sudah merasa puas untuk menghukum Abu Jahal, kembali ke rumahnya. Diliputi sejumlah beban dan pertanyaan. Apa yang baru saja di katakannya? Bagaimana dia mengaku sudah masuk ke agama Rasulullah, sementara dia belum pernah bersumpah sekalipun?
Beban dan pertanyaan itu terus melayang dipikirannya, hingga tak pernah tenang hatinya. Akhirnya ia pun memasrahkan semuanya kepada Allah. Ia pergi menuju Ka'bah untuk meminta petunjuk kepada Allah perihal hatinya yang masih dirundung keraguan dan kebingungan.
"Ya Allah lapangkanlah dadaku untuk menerima mana yang benar dan hilangkanlah segala keraguan di dalamnya."
Setelah berdo'a dengan khusyu', Hamzah pun mendapatkan jawaban dari Allah. Hatinya tertuju pada agama Allah. Kecondongan hatinya itu membuat Hamzah segera pergi ke hadapan Rasulullah untuk menyatakan keislamannya. Langaung, tanpa menunda.
"Semoga Allah meneguhkan hatimu dalam agama-Nya, wahai pamanku", ujar Rasulullah.
Dan sejak itu Hamzah selalu berada dibarisan terdepan dan dengan badan yang tegak untuk membela Rasulullah dan agama Allah. Dia memberikan segalan kemampuan, kekuatan, dan hidupnya untuk Allah. Hingga dia menjadi pahlawan pada Perang Badr. Dan menjadi singa penerkam mangsa.
Karena kekuatan dan keberaniannya dalam menghadapi musuh, maka Allah memberikan Hamzah gelar sebagai 'Singa Allah'.
Membunuh musuh dengan bengis tanpa takut dengan pedangnya. Tak ada musuh yang tak mati ditangannya. Semua habis di tebasnya tanpa sisa. Hingga Hamzah membuat dua nyawa pemuka Quraisy melayang.
Syaibah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah.
Alhasil, pasukan Quraisy kocar kacir di Perang Badr kemenangan pun ditangan kaum muslimin. Dan salah satu orang yang paling berjasa tak lain adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Hingga hal inilah yang membuat orang Quraisy dendam dan murka terhadap Hamzah.
Satu tahun berselang, Quraisy tidak terima atas kekalahan yang menimpah mereka. Mereka pun menyiapkan kekuatan untuk menyerang Kaum Muslimin di Madinah. Saat ditengah jalan, Rasulullah yang mendengar orang Quraisy hendak menyerang Madinah pun mulai menyiapkan pasukan.
Dan ketemulah kedua pasukan di Uhud.
Quraisy menjadikan Hamzah dan Rasulullah sebagai sasaran mereka untuk dibunuh. Sebelum berangkat memerangi pasukan muslimin, Jubair bin Muth'am menyuruh budaknya dari Habasya, Wahsyi, untuk membunuh Hamzah. Jubair mengimingi Wahsyi dengan kemerdekaannya dari perbudakan, hal ini membuat Wahsyi tergiur dengan tawaran tuannya. Wahsyi yang terkenal ahli menombak pun menyiapkan tombak andalannya untuk membunuh Hamzah. Disis lain, Hindun -istri Abu Sufyan- juga mengiminginya dengan perhiasan emas. Dendamnya terhadap Hamzah sangat mendalam. Hal tersebut dikarenakan ayah, anak, dan pamannya terbunuh saat Perang Badr. Dan yang membunuh anak dan pamannya adlaah Hamzah.
"Semua emas ini akan menjadi milikmu, jika kau bawakan padaku hati Hamzah!"
Wahsyi pun dengan langkah yang panjang segera pergi dan hanya satu yang menjadi fokusnya.
Membunuh Hamzah.
Saat keadaan berbalik, dimana pasukan muslimin mengalam keterdesakan, porak-poranda perang sangat hebat. Disitulah Hamzah berdiri kokoh dengan pedangnya yang ganas. Membunuh satu demi satu musuh tanpa tersisa. Sekali tebas, hilanglah kepala sang musuh. Hal ini pun dilihat Wahsyi yang saat itu bersembunyi dibalik pohon dan bersiap untuk menancapkan tombaknya ke arah Hamzah.
Saat hendak ingin menombak datanglah Siba' bin Abdil 'Uzza dihadapan Hamzah. "Kemarilah wahai anak dari wanita tukang khitan!" dan dengan sekali tebas, terpisahlah kepala Siba' dari tubuhnya.
Saat itulah Wahsyi siapkan tombaknya. Ketika dia sudah merasa yakin, dia lesatkan tombaknya ke arah Hamzah, dan kenalah pinggang bagian bawah Hamzah sampai menembus diantara kedua pahanya. Darah pun mulai mengucur di tubuh Hamzah.
Hamzah yang melihat siapa yang menombaknya mencoba untuk mendatangi Wahsyi dan bersiap membunuhnya. Namun, Hamzah terjatuh dan meninggal saat itu juga. Wahsyi pun mendatangi Hamzah dan mengambil tombaknya dari tubuh Hamzah. Setelah itu kembali ke tenda untuk memberitahukan kepada Jubair dan Hindun bahwa dia telah membunuh target mereka, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Seusai peperangan, Hindun yang merasa senang ketika mendengar Hamzah sudah mati, mengajak Wahsyi untuk menunjukkan jasad Hamzah.
"Celakalah kau Hamzah! Sudah terbalaskan dendamku terhadap kematian anak dan pamanku!" ,tanpa berpikir panjang dan tak punya hati, Hindun merobek tubuh Hamzah dari hidung sampai ke dadanya.
Di ambilah hati Hamzah untuk di makannya, namun atas izin Allah, hati tersebut ketika sampai dimulut Hindun menjadi alot dan tak dapat dimakan olehnya.
Disisi pasukan muslimin, Rasulullah beserta sahabat mulai memeriksa jasad-jasad syuhada yang gugur. Saat berada dihadapan jasad Hamzah, Rasulullah nangis terisak. Beliau tidak aka menyangka jika pamannya mati dengan tubuh yang tidak utuh.
"Aku tidak akan mengalami seperti yang engkau alami ini selamanya. Sungguh aku tidak pernah berdiri dalam keadaan yang lebih tidak menyenangkan selain ini", ujar Rasulullah dihadapan jasad Hamzah.
Setelah mengumpuli para syuhada, Rasulullah pun menyalati mereka satu persatu, kecuali Hamzah. Hamzah selalu dishalati ketika pergantian sahabat yang hendak dishalati. Hamzah pun dishalati sebanyak lebih dari 40 kali.
Dan 'Singa Allah' telah syuhada dan merasakan syurga terlebih dahulu. Hamzah bin Abdul Muthalib, panglima yang tak pernah takut mati dalam membela agama Allah. Bak singa di padang pasir, kuat dan tangguh, pedangnya tak pernah berhenti menebas musuh. Dan beliau jugalah, pemimpian para syuhada. Semoga rahmat tercurah kepadamu, wahai Singa Allah.
Salam hormat dan cinta kepadamu Wahai Hamzah radiyallahu'anhu~
Wallahu'alam bisshawab. Kepada Allah saya mohon ampun.
Referensi :
1. Buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah, Khalid Muhammad Khalid.
2. Penjelasan kajian Sirah Sahabat Ust. Khalid Basalamah.
Komentar
Posting Komentar