Langsung ke konten utama

Why We Should Wear Hijab?

Fenomena hijab semakin lama semakin berkembang.  Saya dapat melihat jelas, begitu banyak wanita muslimah yang memantapkan hatinya untuk berhijab. Hal yang sangat disyukuri tentunya sebagai sesama muslimah. Kini, hijab tak lagi asing. Hijab tak lagi sebagai tanda keterbelakangan. Dalam arti, hijab tak lagi dinilai sebagai hal yang kuno. Hijab terus berkembang pesat dengan berbagai macam bentuk dan warna yang menyesuaikan lingkungan. Sehingga para wanita tak lagi takut untuk menggunakan mahkota wanita muslimah itu.

Saya pernah ditanya oleh seseorang saat berada dalam pesawat. Saya rasa dia adalah seorang non-muslim. Ditengah aktivitas saya membaca buku, dia membuka percakapan terlebih dahulu. Awalnya menanyakan darimana saya berasal dan berbagai informasi yang biasa orang lain tanyakan. Namun disela-sela itu, ada satu pertanyaan yang buat saya menarik.

Dia bertanya, "Kenapa kamu pake hijab?"

Saya yang notabene nya bukan orang yang mudah berbicara dengan orang yang baru saya kenal, hanya tersenyum dengan sedikit tawa ringan menanggapai pertanyaannya. Saya masih bingung apa yang akan saya jawab. Dia terus menunggu jawaban dari saya. Saya pun mencoba menjawab dan menganggurkan buku saya sebentar.

Jika pertanyaan itu ditujukan saat saya kecil mungkin saya akan menjawab, 'Karena mama saya yang nyuruh'. Dari kecil mama saya yang selalu menyuruh saya untuk memakai hijab, karena saya takut dengan mama saya. Akhirnya saya ikuti apa kata mama saya. Tapi pertanyaan itu saya dapat ketika saya sudah beranjak dewasa, pasti jawabannya juga harus lebih dewasa.

Ketika saya pertama kali memakai hijab, saya merasa gerah. Saya bilang sama mama saya 'Ma, kawan saya yang lain aja ga pake. Kenapa saya harus pake hijab?' dan mama saya langsung menjawab, 'Hijab tanda kita sebagai orang islam, apalagi muslimah'.

Setelah mendengar jawaban Mama saya, saya diam. Saya memang belum terlalu mengerti kala itu tapi saya tau Mama saya mau saya menjadi wanita yang baik. Dan akhirnya, jawaban itu saya dapatkan ketika saya dewasa. Bahwa hijab itu adalah tanda saya sebagai muslimah yang taat kepada Allah. Dan hijab itu membuat saya terhindar dari berbagai gangguan. Hijab juga membuat tubuh saya terlindungi.

Sesaat saya juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba saya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Tapi itu satu hal yang menarik buat saya. Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkannya mengenai hijab. Dan saya mencoba memberikan pemahaman mengenai hijab dari yang selama ini saya pelajari. Mengenai firman Allah dalam  Al-Qur'an yang menyuruh para istri dan anak perempuan Rasulullah, serta para wanita yang sudah akil baligh untuk menjulurkan hijabnya agar ia mudah dikenal sebagai seorang muslimah dan agar terhindar dari perlakuan buruk. Dan penjelasan dari pandangan lainnya sampai manfaatnya pun saya jelaskan kepadanya.

Saya tidak tahu dia mengerti atau tidak dengan penjelasan saya. Tapi saya rasa dia mengerti, bahkan dia seperti penasaran dengan hijab itu sampai pertanyaan hijab tak teralihkan. Dan tibalah pada satu titik dimana pertanyaan yang membuat jantung saya berdetak lebih cepat dan membuat saya merinding. "Kalo hijab itu wajib dan banyak manfaatnya, kenapa masih banyak wanita muslimah ga pake hijab?"

Pertanyaan yang entah mengapa membuat saya merasa sedikit sedih dan miris hati. Iya, pertanyaan yang sederhana tapi sulit bagi saya untuk menjelaskan. Saya hanya berkata padanya, "Mungkin beberapa dari mereka ada yang belum siap atau bahkan belum tau seberapa penting dan bermanfaatnya hijab itu."

Iya, hanya itu yang saya jawab. Saya juga bingung hendak menjawab apa. Karena saya juga tidak tau apa alasan dibalik para wanita muslimah belum memakai hijabnya. Tapi alasan yang paling sering saya dengar adalah 'Ingin memperbaiki diri dulu, karena percuma berhijab tapi akhlak belum baik. Kan yang penting akhlak tetap baik'.

Saya sebagai seorang muslimah menolak mengenai alasan yang seperti itu. Karena menurut saya bagaimana akhlak mereka ingin menjadi lebih baik sementara salah satu syarat agar akhlak mereka menjadi baik tidak dijalankan.

Hijab adalah perkara yang wajib bagi muslimah. Sama seperti shalat bukan? Lalu kenapa harus menunggu baik? Bayangkan saja jika para muslimah juga beralasan 'Ingin memperbaiki diri dulu, karena percuma shalat tapi akhlak belum baik'. Jika alasan hijab dipakai juga dalam shalat, berapa banyak dosa yang mengalir dalam diri koita. Esensinya sama bukan? Ketika kita menjalankan shalat, bukan berarti kita sudah baik. Justru shalat salah satu sarana yang membuat diri kita yang kotor menjadi diri yang lebih bersih dihadapan Allah. Karena kewajiban telah kita tunaikan.

Sama seperti mengenakan hijab. Wanita yang memakai hijab belum tentu wanita yang akhlaknya baik. Namun, dengan memakai hijab seorang wanita bisa membersihkan dirinya. Dengan hijab dia bisa sedikit menahan nafsu untuk berbuat buruk. Dengan hijab dia bisa menghindarkan segala keburukan yang datang dari luar. Dengan hijab dia bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang baik dimata Allah.

Hijab bukanlah suatu hal yang menakutkan. Bukan pula suatu hal yang mendatangkan marabahaya. Apalagi sesuatu yang dapat menghalangi aktivitas. Justru hijab adalah suatu hal yang mempermudah langkah kita dan membuat orang lain juga tau bahwa kita adalah seorang muslimah yang kodratnya harus dijaga dna dihargai.

Teruntuk, saudara seiman saya yang belum mengenak hijab. Apa yang kalian tunggu? Hijab adalah kewajiban dan akhlak adalah pelengkapnya. Perbaiki diri sambil memakai hijab, itu jauh lebih nikmat dilakukan.

Teruntuk, saudara seiman saya yang sudah mengenakan hijab. Tetaplah istiqomah dengan mahkota penjaga tubuh kalian. Mari kita doakan dan kita ajak saudara kita yang lain untuk terus berhijab. Jagalah akhlak dan perilaku sebagai seorang muslimah.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para saudara muslimah saya dan untuk diri saya sendiri sebagai pengingat.

Wallahu'alam bisshawab.
Kepada Allah saya mohon ampun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Kimia Menentukan Perubahan Entalpi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI REAKSI   OLEH             KELOMPOK                                    : II ANGGOTA                                       : 1.       ADI YULIANTTO                                                    2155905 2.       ARIZKY PERWIRA RANGKUTI                          2155908 3.       FADHILLAH NUR PRATIWI                                 2155915 4.       FAISAL ALFANSURI S                                          2155916 5.       FUADIANTI AULIA                                                2155919 KELAS                                              : XI IPA 6 TANGGAL PRAKTIKUM             : 15 September 2016 GURU PEMBIMBING                   : Darmayanto S.Pd., M.Si SMAN 1 (PLUS) MATAULI PANDAN T.P 2016-2017 1.1 JUDUL PRAKTIKUM             Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi 1.2 TUJUAN PRAKTIKUM             1) Dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi ant

Gugurnya Sang Panji Uhud

Bismillah Matahari bersinar terlalu terik kala itu. Seperti biasa. Mekah memang seperti itu. Seorang pemuda tampan berjalan menyusuri Kota Mekah. Seantero Mekah juga tahu siapa pemuda yang tengah berjalan itu, ditambah lagi dengan ciri khas aroma parfum yang digunakannya. Parfum dari negeri Yaman, parfum mewah dan mahal yang tidak sembarangan orang memakainya. Dia pemuda yang banyak gadis memujanya, bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena kecerdasan dan kecemerlangannya. Pemuda yang terlahir dari keluarga kaya dan penuh kemewahan. Tak pernah satupun keinginannya di tolak oleh kedua orang tuanya. Dia adalah Ibnu Umair, atau dikenal dengan lengkap sebagai Mush’ab bin Umair. Langkah kakinya terus menyusuri Kota Mekah hingga ia tiba di Bukit Shafa, di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Darul Arqam, begitulah kaum muslimin mengatakannya. Ia kesini bukan tanpa tujuan. Hari-harinya selalu diliputi tanda tanya mengenai sosok Muhammad yang selalu saja diperbincangkan oleh orang-orang

Lelah atau Menyerah

"Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan." - Imam Syafi'i - "Ada apa hari ini?", tanyanya disela rasa lelah yang saat ini menyelimutiku. Aku tidak memiliki tenaga hari ini. Cukup. Aku malas menjawabnya. Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja.  "Hei!" "Aku lelah, ku mohon. Aku malas untuk berbicara." "Kau sedang lelah atau menyerah?" "Sama saja." "Tentu berbeda. Jika kau lelah silahkan istirahat sejenak untuk kembali menata hati dan kembali melangkah. Tapi jika kau menyerah, harus apa? Bukankah menyerah adalah akhir segalanya?" "Aku menyerah karena sudah sangat lelah dengan semuanya." "Apa yang kau lelahkan hingga membuatmu menyerah?" "Perjuangan ini." "Perjuangan semacam apa yang membuatmu begitu cepat menyerah? Perjuangan meraih ambisi dunia? Jika iya, pantas saja kau mudah menyerah." Mendengar jawabannya aku menegak