Langsung ke konten utama

Hijab Penghalang Pekerjaan atau Pekerjaan Penghalang Hijab?

"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS. Al-Ahzab : 59)

Tak sedikit dari para wanita muslimah beralasan untuk 'menangguhkan' hijabnya dikarenakan masalah pekerjaan. Pekerjaan yang tak mempunyai keterangan izin para pekerjanya untuk berhijab. Hijab seperti penghalang tersendiri untuk beberapa pekerjaan. Lalu mana sebenarnya yang benar? Hijab itu sebagai penghalang atau pekerjaan itu yang menjadi penghalang untuk hijab.

Ketika kita dengan mudahnya patuh terhadap perintah atasan, lalu kenapa kita tak lebih patuh terhadap Pencipta kita? Kepada Sang Pemberi Rezeki. Kenapa kita lebih takut kehilangan pekerjaan daripada kehilangan pahala yang sejatinya kelak sebagai penolong kita di akhirat? Sering kali kita lebih 'tunduk' kepada manusia yang sesungguhnya tak pernah memberikan apapun kepada kita. Sementara kepada Sang Pemberi Segalanya kita masih 'berani' untuk menentang.

Hijab bukan pilihan. Melainkan, sebuah kewajiban yang harus dijalankan sebagai seorang muslimah, yang artinya menjadi salah satu syarat bahwa kita 'tunduk' akan perintah-Nya.

Kita sering 'terkecoh' oleh dunia yang fana ini. Menganggap pekerjaan yang kita lakoni adalah sebuah kebaikan dan jalan terbaik yang diberikan Allah. Padahal pekerjaan itu saja melarang untuk kita menjalankan 'kewajiban' kita kepada Allah. Menghalangi kita untuk 'tunduk' kepada-Nya. Lalu dimana letak kebaikannya? Jika Allah menuntun kita ke jalan tersebut, sesungguhnya itu sebuah ujian dari Alllah. Mana yang akan  kita pilih 'tunduk' dengan perintah makhluk atau justru 'tunduk' kepada Dia yang memiliki seribu jalan rezeki.

Jika kebanyakan hati masih takut untuk kehilangan pekerjaan yang dicintainya, mengapa tidak lebih takut akan azab yang akan diberikan kepada 'sang pemberontak' perintah-Nya? Bukankah Allah justru lebih memudahkan dan melancarkan rezeki hamba-Nya yang 'tunduk' dengan perintah-Nya? Lalu mengapa hati masih begitu takut untuk melepaskan penghalang hijab?

Kita dapat melihat sendiri, begitu banyak wanita yang memantapkan hatinya untuk berhijab, justru kelapangan dan kelancaran rezekinya justru kian bertambah. Jadi tak perlu ada yang ditakutkan ketika kita sudah berada di jalan-Nya. Justru, tak sedikit muslimah yang berhijab dapat beraktivitas tanpa merasa terhalang sedikitpun, meski aktivitas berat sekalipun mereka tak merasa terhalangi, justru dengan hijabnya mereka merasa lebih terlindungi.

Kehilangan dunia tak akan seberapa jika sudah digantikan oleh nikmatnya surga yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang lebih 'tunduk' kepada perintah-Nya daripada 'tunduk' kepada manusia.

Hijab bukanlah penghalang sebuah pekerjaan, karena dengan hijab seorang muslimah dapat melakukan apapun dengan lebih aman dan terlindungi. Jadi jangan katakan hijab sebagai penghalang pekerjaan, justru pekerjaan itulah penghalang kita untuk dekat dengan Sang Khaliq.

Semoga kita istiqamah dengan hijab kita.

Wallahu'alam bisshawab
Kepada Allah saya mohon ampun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Kimia Menentukan Perubahan Entalpi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI REAKSI   OLEH             KELOMPOK                                    : II ANGGOTA                                       : 1.       ADI YULIANTTO                                                    2155905 2.       ARIZKY PERWIRA RANGKUTI                          2155908 3.       FADHILLAH NUR PRATIWI                                 2155915 4.       FAISAL ALFANSURI S                                          2155916 5.       FUADIANTI AULIA                                                2155919 KELAS                                              : XI IPA 6 TANGGAL PRAKTIKUM             : 15 September 2016 GURU PEMBIMBING                   : Darmayanto S.Pd., M.Si SMAN 1 (PLUS) MATAULI PANDAN T.P 2016-2017 1.1 JUDUL PRAKTIKUM             Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi 1.2 TUJUAN PRAKTIKUM             1) Dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi ant

Gugurnya Sang Panji Uhud

Bismillah Matahari bersinar terlalu terik kala itu. Seperti biasa. Mekah memang seperti itu. Seorang pemuda tampan berjalan menyusuri Kota Mekah. Seantero Mekah juga tahu siapa pemuda yang tengah berjalan itu, ditambah lagi dengan ciri khas aroma parfum yang digunakannya. Parfum dari negeri Yaman, parfum mewah dan mahal yang tidak sembarangan orang memakainya. Dia pemuda yang banyak gadis memujanya, bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena kecerdasan dan kecemerlangannya. Pemuda yang terlahir dari keluarga kaya dan penuh kemewahan. Tak pernah satupun keinginannya di tolak oleh kedua orang tuanya. Dia adalah Ibnu Umair, atau dikenal dengan lengkap sebagai Mush’ab bin Umair. Langkah kakinya terus menyusuri Kota Mekah hingga ia tiba di Bukit Shafa, di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Darul Arqam, begitulah kaum muslimin mengatakannya. Ia kesini bukan tanpa tujuan. Hari-harinya selalu diliputi tanda tanya mengenai sosok Muhammad yang selalu saja diperbincangkan oleh orang-orang

Lelah atau Menyerah

"Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan." - Imam Syafi'i - "Ada apa hari ini?", tanyanya disela rasa lelah yang saat ini menyelimutiku. Aku tidak memiliki tenaga hari ini. Cukup. Aku malas menjawabnya. Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja.  "Hei!" "Aku lelah, ku mohon. Aku malas untuk berbicara." "Kau sedang lelah atau menyerah?" "Sama saja." "Tentu berbeda. Jika kau lelah silahkan istirahat sejenak untuk kembali menata hati dan kembali melangkah. Tapi jika kau menyerah, harus apa? Bukankah menyerah adalah akhir segalanya?" "Aku menyerah karena sudah sangat lelah dengan semuanya." "Apa yang kau lelahkan hingga membuatmu menyerah?" "Perjuangan ini." "Perjuangan semacam apa yang membuatmu begitu cepat menyerah? Perjuangan meraih ambisi dunia? Jika iya, pantas saja kau mudah menyerah." Mendengar jawabannya aku menegak